Jumat, 22 April 2011

Nakamura dan 'jalan'

Semua yang kukerjakan ini akan menjadi contoh baginya, kalau berbuat baik bagi orang lain, bermanfaat bagi orang banyak, jauh lebih berharga dibandingkan apapun….

Demikian kalimat Nakamura-san kepada Burlian, singkat tapi tidak sesingkat maknanya. Dalam kalimat yang tidak lebih dari 25 kata itu mengajarkan bahwa tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Nakamura meninggalkan keluarga dan keiko -sang anak tercinta- karena tuntutan pekerjaan sebagai kepala proyek pembangunan jalan ditanah Sumatera.

“Membangun jalan-jalan ini, bukan sekedar menumpahkan batu dan aspal, bukan sekedar membuat parit dan jembatan. Ini semua tentang masa depan orang-orang yang dilewati proyek jalan. Jalan ini tidak pernah berujung, tidak pernah….jalan-jalan ini akan terus mengalir meliwati lembah-lembah basah, lereng-lereng gunung terjal, kota-kota ramai, desa-desa eksotis nan indah, tempat-tempat yang memberikan pengetahuan, tempat-tempat yang menjanjikan masa depan…lantas jalan ini akan terus…terus menuju pelabuhan-pelabuhan, bandara-bandara…dan dari sana kau bahkan bisa pergi lebih jauh lagi, menemukan sambungan jalan berikutnya…mengiringi dunia…melihat seluruh dunia, masa depan anak-anak kampung, masa depan bangsa kalian. Masa depan kau yang penuh kesempatan, Burlian”

Lewat tokoh-tokohnya, Tere-liye dalam novelnya ‘Burlian’ menyampaikan banyak pelajaran. Melalui Nakamura saya kembali disentil dengan pertanyaan “apakah saya sudah sudah bermanfaat untuk orang lain?”.

Pembangun jalan dan pendidik, dua profesi yang berbeda, tapi tere-liye membuatnya tidak jauh berbeda dimata saya. Jalan, mengantarkan seseorang melihat dunia, menjelajah tempat lain, menemukan masa depan. Tidak jauh berbeda dengan seorang pendidik bukan? 

Seorang guru, menjadi ‘jalan’ bagi anak didiknya untuk mereguk ilmu, merajut mimpi masa depan, bahkan dengan ilmu itu pula menjadi bekal bagi sang anak untuk menatap masa depan yang penuh kesempatan. Lalu masihkah kita harus ragu pada pilihan yang telah kita buat?

Nakamura meninggalkan kota, negara dan orang-orang yang disayanginya demi membuat ‘jalan’ bagi orang lain, yang bahkan bukan bangsanya sendiri. Kita pun memulai langkah itu, meninggalkan kota dan keluarga yang kita sayangi untuk memberi sepotong ‘jalan’ bagi anak-anak didik kita. Namun apakah kita akan memilih seperti Nakamura, yang menyelesaikan ‘jalan’nya hingga akhir? Hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya.


Daftar Pustaka:
Tere Liye. Burlian. 2009. Jakarta: Penerbit Republika