Minggu, 07 Agustus 2011

Pemilik Mata Bintang

Tak pernah kuselami birunya langit dan lautan tanpa damai yang menyusupinya. Kau pernah menyebutku aneh, karena begitu tergila-gila pada laut, pada biru yang menjadi batas pandangku, hingga tiap gambar yang kupunya hanya tentang laut dan langit, tanpa dirimu atau mereka.

Biru...tak kuingat kapan pertama kali menyadari bahwa salah satu cintaku tertambat disana, pada sejuk yang akan bersemayam dengan kuat hanya karena tiba-tiba menatap langitNya dengan awan berarak memainkan imaji, gambar apa gerangan yang sedang mencoba tercipta....


“hidup ini penuh warna, jangan semua hanya biru” ucapmu saat lagi-lagi mulutku berkicau tentang biru.

“yeee…biarin, biru itu luas, sulit dijangkau…tidak pernah ada yang mampu menyentuh langit dan menggenggam lautan. Jadi kesimpulannya biruuu itu susah didapatkan” jawabku dengan jawaban yang sangat cepat.

“dasar maniak” itu istilahmu pada orang yang terlalu berlebihan menyukai sesuatu.
Kini, aku ingin bercerita padamu…bukan lagi tentang biru tapi tentang pemilik mata bintang, ayo siapkan telinga mendengarnya.

Tak perlu kusebutkan namanya ya, karena untuk hal ini kita selalu sepakat, nama biarlah jadi rahasia kisah kita. Dia mencuri perhatianku dengan mata dan senyumnya, paduan yang menunjukkan keMaha Besaran Sang Pencipta, dengan sikap malu dan kesan dewasa yang dibawanya ditiap langkah selalu berhasil membuatku berbalik setiap melihatnya.

Jika kau bertemu dengannya saya yakin kaupun akan jatuh cinta padanya, pemilik mata bintang-begitu aku menyebutnya-. Aku bahkan mulai menghafal satu persatu hal yang disukainya, mengingat kapan dia tersenyum dan berani melangkah menujuku.

Berbeda dengan yang lain, dia tidak menyambutku dengan antusias yang lebih, dia selalu menatapku dari kejauhan –aku bisa merasakannya- saat pandanganku kuarahkan padanya dia akan berpaling dengan sebelumnya tersenyum irit, mengingat tingkahnya ini ingin membuatku terbahak.

Tidak pernah ingin terlihat pintar dihadapanku, walaupun aku tahu dia punya banyak jawab untuk pertanyaan-pertanyaan aneh yang selalu kuajukan, dia akan diam sebelum aku memutuskan ingin mendengar suaranya, tahukah kau…dia mewakilimu.

Ah…baiknya hari ini kucupkan kisah tentangnya, kuharap kau baik-baik saja disana ketika akhirnya angin membawa kisah ini padamu.

Kumasukkan kembali lipatan kisah dalam lipatan kisah lain, karena kutahu, kisah ini takkan sampai padamu.


Diselesaikan di Bogor disela bel istirahat, 15 April 2011

Tidak ada komentar: