Kamis, 12 Januari 2012

Pemintal Jelaga dan Angka 9

Mengingatmu, pada pagi yang menghapus gelap…


Aneh bukan, dini hari tadi tiba-tiba teringat padanya, ingatan yang mengendap hingga 7 kalender telah berganti, dan tiba-tiba terbangun di pagi ini. Tak ada yang istimewa dengan angka di hari ini, tak juga kejadian yang pernah -atau akan- terjadi...heyy, kecuali perdebatan kami dulu, bahwa 10 itu bukan angka sempurna.

“10 itu bukan angka sempurna! ingat dalam bilangan biner hanya ada angka 1 dan 0…jadi 10 itu adalah angka sesudah 1” sungutku bertahan bahwa angka sempurna itu adalah ganjil. Dan seperti biasa, dia tidak akan pernah mencoba memotong, karena itu percuma katanya.

“Sekarang begini deh Na, waktu SD dulu, kamu lebih seneng PRmu dapat 9 atau 10?”

“yah…dulu waktu jaman SD tentulah sukanya kalau dapat 10” jawab saya ragu-ragu…tentu saja ini adalah senjata pamungkas yang dilepaskan untuk mengalahkan argumen saya tadi. Perdebatan seperti ini bukan kali pertama, toh pertemuan kami akan selalu dipenuhi dengan perdebatan tidak penting lainnya, misalnya: mana yang lebih menyenangkan; angin atau air, mana yang paling indah; bintang atau bulan, atau perdebatan yang paling buruknya, mana yang paling hebat; Beckham atau Owen (dulu Owen masih terkenal dan belum cedera). Lihatlah betapa tidak berkualitasnya perdebatan kami dulu -_-

“Nah kan, itu berarti memang angka 10 itu angka sempurna” dengan semena-mena dia membuat kesimpulan.

“heyyy… dalam bilangan Desimal sekalipun, angka tertingginya adalah 9 dan itu GANJIIIL” suaraku meninggi beberapa oktaf dikalimat terakhir, serasa berbicara dengan orang yang berada jauh didepan sana…dan dia?? dia cuma nyengir, seolah tidak merasa nada suaraku mulai mencak-mencak.

“hmmm…baiklah, kenapa 9 itu menjadi sempurna??” egh malah balik bertanya dianya *umpatku dalam hati*

“yaah…karena dia angka tertinggi dalam bilangan Desimal, trusnya lagi yah karena saya suka 3 ma 9 hehehehe” jawab saya cengengesan.

“dasar dung-dung!!! cuma karena itu alasanmu??”  pertanyaan yang kalau sudah model seperti ini pasti akan membuat saya menjadi kecil…kecil…dan makin kecil didepannya.

“yah namanya suka yah suka aja gak perlu banyak alasan, gak perlu bikin resensi dari berbagai jenis buku, gak perlu sampai bikin otak muter-muter” sungutku mengkerut

“Itulah kelemahanmu!!! malas mikir!, maunya semua orang langsung nerima pendapatmu aja. Bagaimana mereka mau terima kalau pendapat itu tidak didasari dengan argumen yang cukup kuat” Tahu rasanya dapat kalimat ini??? sakittt jendral…berasa pengen tendang dia jauh-jauh. Tapi acara nendang itu cuma tinggal di imajinasi, saya tidak akan punya cukup keberanian buat nendang dia, sesakit apapun yang dia katakan.

“baiklah professor agung…sekarang silahkan dijabarkan alasannya!” jawabku masih dengan nada suara galak nan menyindir.

“sekarang gini Na, coba kalikan angka berapa saja dengan 9, kecuali angka 0 yak. Nah kalau udah dapat hasilnya, jumlahkan” dan tidak perlu menunggu lama sampai akhirnya saya sibuk ngitung sendiri dan dia dengan entengnya cengar cengir berasa liat anak SD belajar hitungan.

Heyy…mata saya membulat..oke..oke tidak membulat tentu saja, intinya saya menjadi takjuuuub dengan hasil hitung saya :D…kalian penasaran??? ahhh hitung saja sendiri :p, jangan malas mikir kayak saya :))

“sudah dapat kan alasannya??” tanyanya, pertanyaan yang tidak perlu sebenarnya, toh tanpa bertanya pun dia sudah tahu jawabnya, cukup melihat wajah saya yang sudah berubah jadi senyum cerah ceria…




aiiihhh…sudahlah, hari ini rasanya cukup mengingat kejadian ini saja…biarlah dia tetap menjadi pemintal jelaga dan saya?? saya akan tetap berada disini…




Pekanbaru, 10 Januari 2012
Entah mengapa teringat padamu, kawan :(

Tidak ada komentar: